4 Alasan Mengapa Hobi Bisa Jadi Healing, Bukan Sekadar Mengisi Waktu

JAKARTA – Tidak semua ruang kosong dalam hidup harus dipenuhi dengan produktivitas. Kita tidak wajib selalu menghasilkan sesuatu, mengejar target, atau memikirkan pencapaian baru. Ada kalanya, yang benar-benar dibutuhkan hanyalah hobi yang membuat kita merasa lebih hidup.

Di tengah beban pekerjaan, tuntutan sosial, dan rutinitas yang kian melelahkan, hobi menjadi tempat untuk berhenti sejenak. Ruang aman yang tidak menuntut apa pun selain menikmati prosesnya. Banyak orang kini menyadari bahwa hobi jauh lebih dari sekadar kegiatan iseng—hobi bisa menjadi bentuk penyembuhan yang sering kali tidak didapat dari tidur panjang atau libur tanpa aktivitas.

Menariknya, semakin banyak orang dewasa yang kembali ke kegiatan yang dulu mereka sukai saat kecil. Mewarnai, membuat prakarya, merawat tanaman, memasak, menulis cerita pendek, sampai sekadar menyusun lego. Kegiatan yang tampaknya sederhana ini justru memberi rasa lega yang tidak kita sadari selama ini hilang. Seperti menyediakan ruang bermain untuk diri sendiri yang selama ini sibuk menjadi orang dewasa.

1. Membuat kita lepas dari tekanan untuk selalu “berhasil”

Saat kita melakukan hobi, tidak ada yang mengawasi. Tidak ada standar nilai, tidak ada bos, tidak ada target yang harus dicapai. Kita tidak dituntut membuat karya sempurna. Yang ada hanya sensasi menikmati sesuatu apa adanya. Kebebasan kecil inilah yang diam-diam menyembuhkan.

2. Mengembalikan fokus pada momen yang sedang dijalani

Saat tangan mulai mewarnai, menyulam, atau merapikan daun tanaman di pot kecil, pikiran berhenti berputar. Kita hadir sepenuhnya dalam aktivitas yang ada di depan mata. Tidak memikirkan masa lalu, tidak memikirkan besok. Itulah inti mindfulness yang jarang kita sadari telah kita lakukan lewat hobi.

3. Menjadi media aman untuk menyalurkan emosi

Tidak semua emosi bisa disampaikan dengan kata-kata. Terkadang musik, gerakan tubuh, warna, atau bentuk adalah cara paling jujur untuk mengekspresikan perasaan. Melalui hobi, emosi yang mengganjal bisa keluar perlahan tanpa harus dijelaskan panjang lebar.

4. Memberi rasa pencapaian yang personal

Menyelesaikan satu buku, mencoba resep baru hingga berhasil, atau merangkai bunga yang terlihat cantik di meja ruang tamu—semua itu memberi kepuasan kecil yang tidak bergantung pada siapapun. Penghargaan dari luar tidak lagi penting karena kita merayakan pencapaian untuk diri sendiri.

Tidak heran jika banyak psikolog memasukkan hobi sebagai bagian dari perawatan diri. Hobi bukan pelarian, melainkan jeda yang sehat. Tempat untuk menenangkan pikiran tanpa menambah beban baru. Dan yang perlu diingat, hobi tidak harus menghasilkan uang. Biarkan hobi tetap menjadi ruang bermain, bukan pekerjaan lain yang kebetulan tidak dibayar.

Beberapa kegiatan yang bisa dicoba antara lain:

mewarnai atau menggambar tanpa memikirkan hasil,

merangkai tanaman atau bunga hias,

menulis jurnal atau membuat bullet journal yang sederhana,

membuat puisi atau cerita pendek,

merajut, menjahit, atau menyulam,

membaca novel atau komik kesukaan,

mencoba resep masakan atau membuat roti,

memainkan alat musik meski hanya satu lagu berulang,

atau menyusun puzzle, lego, dan permainan logika.


Jika sampai sekarang kamu belum tahu hobi apa yang cocok, itu bukan masalah. Justru itu kesempatan untuk menjajal hal-hal baru. Cukup satu aktivitas setiap minggu tanpa harus langsung ahli.

Tidak apa-apa jika kegiatan itu tidak “produktif”. Proses penyembuhan tidak pernah diukur dari hasil, tapi dari bagaimana kita merasakannya.

Hidup sebagai orang dewasa sering kali menguras tenaga dan emosi. Karena itu, jangan merasa bersalah ketika kamu ingin menghabiskan satu jam untuk membaca novel romantis, menggambar hewan lucu, atau sekadar menata bunga di vas favorit.

Kamu berhak merasa tenang. Tanpa alasan. Pada akhirnya, hobi adalah semacam taman kecil di tengah riuhnya kehidupan. Tempat untuk duduk, menarik napas, dan membiarkan diri lupa sejenak bahwa di luar sana, dunia masih berputar tanpa henti.(disway/nca)