Lima PTNU Akan Jadi Pilot Project Transformasi Digital
TABUH GONG: Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf membuka Simposium PTNU.-FOTO Z. HIKMIA/JAWAPOS -
JAKARTA - Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) berkomitmen untuk melakukan transformasi peningkatan mutu perguruan tinggi melalui digitalisasi. Ada lima PTNU yang dijadikan pilot project nantinya.
Upaya transformasi ini diawali dengan penyelenggaraan Simposium Nasional Digitalisasi PTNU yang mengangkat tema Transformasi Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi. Dihadiri oleh 300 perwakilan PTNU.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staqup mengaku, seiring dengan perkembangan zaman saat ini, teknologi khususnya digital ini sangat penting. Karena dengan teknologi digital ini bisa dibangun sistem secara lebih terukur dan sistematis.
“Pada saat yang sama, teknologi memungkinkinkan kita melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan dengan cepat,” ungkapnya saat memberikan sambutan pada Simposium PTNU di Jakarta, Selasa (28/11).
Diakuinya, di awal kepemimpinannya, kesan pertama yang didapatkan saat melihat PT-PT NU adalah pusing. Sebab, belum ada sistem.
Kemudian ada satu masalah fundamental yang belum terpecahkan hingga kini. Yakni mengenai paradigma PT di lingkungan NU. Ada semacam kesadaran antara tradisi pendidikan dan tuntutan yang muncul dari perkembangan zaman terkait dunia pendidikan.
Menurutnya, secara tradisional pendidikan di lingkungan NU atau pesantren itu dasarnya cuma satu, 1 K. Kramat. “Jadi, pendidikan pesantren nomor satu yang penting kramat dulu, yang lain menyusul. Soal pengetahuan kognitif dan lain-lain itu nanti, nanti mendapat landasan berkembang kalau keramatnya dapat,” tuturnya lalu disambut tawa oleh para peserta.
Namun, lanjut dia, di tengah perubahan zaman saat ini disadari adanya kebutuhan untuk berkembang dengan macam-macam kapasitas pengetahuan kognitif. Dan ini harus dikejar.
Selain itu, dalam upaya mengejar model pendidikan yang canggih jelas berbiaya tinggi. Sementara, keramat itu itu dasarnya tirakad.
Bahkan ada PTNU yang disebutnya saking tidak mau melepas keramatnya tersebut sampai zuhud segala rupa. Kemudian, dalam 15 tahun jumlah mahasiswa hanya mencapai 70 orang saja.
“Saya kira itu perlu dipikirkan. Kalau perlu didiversifikasi, ada yang bagian keramat, ada yang bagian canggih. Dipisah gitu loh supaya ndak hilang dua-duanya,” ungkapnya.
Karenanya, dengan adanya symposium ini, Gus Yahya menyambut positif sinergi yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Dia menilai, teknologi yang dikembangkan oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim sudah tepat.
“Saya percaya Pak Nadiem, karena beliau ahlinya,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Nadiem mengatakan bahwa berkumpulnya para pimpinan dan perwakilan sivitas akademika PTNU ini merupakan momen penting untuk memperkuat upaya transformasi dunia pendidikan tinggi yang ada di Indonesia. Melalui simposium ini, kampus-kampus di bawah naungan NU yang berjumlah hampir 300 perguruan tinggi dapat saling bertukar gagasan, pengalaman, dan praktik baik.
“Sehingga bisa bersama-sama mewujudkan kampus NU yang senantiasa relevan dengan kebutuhan dunia global hari ini,” ujarnya.
Dia menegaskan, saat ini dunia bergerak dengan sangat cepat seiring perkembangan teknologi, pergeseran demografi, pertumbuhan ekonomi, serta perubahan dinamika sosial dan budaya. Yang mana perubahan-perubahan ini menuntut seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk mampu beradaptasi, demi lahirnya sumber daya manusia unggul dengan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan zaman.
“Alhamdulillah, upaya kampus-kampus di Indonesia, termasuk yang berada di bawah naungan NU, untuk melahirkan lulusan yang unggul dan berdaya saing tinggi tampak semakin nyata berkat terobosan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM),” tuturnya.
Hanya dalam waktu empat tahun, kata Nadiem, Kemendikbudristek telah berhasil mengirim 950 ribu lebih mahasiswa Indonesia untuk belajar dan berkarya di luar kampus. Bukan hanya itu, berdasarkan hasil survei, para mahasiswa yang telah mengikuti program MBKM memiliki waktu tunggu kerja yang lebih singkat serta gaji pertama yang lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Sementara itu, Ketua Panitia Simposium PTNU Luthfi Hamidi menyebut, bakal ada lima PTNU yang akan menjadi pilot project peningkatan mutu perguruan tinggi melalui digitalisasi ini. Meski belum ditentukan mana saja PTNU tersebut, namun Luthfi memastikan project ini bakal segera dimulai. “Nanti akan tentukan mana saja PTNU-nya,” ungkapnya.
Yang jelas, kata dia, transformasi digital ini juga akan mencakup penggunaan learning management system (LMS) dalam proses perkuliahan. Sehingga sarana dan prasarana akan disiapkan secara menyeluruh. (jpc/c1/ful)