Airlangga Hartarto Sebut Transisi Jokowi Tak Ganggu Ekonomi Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto-FOTO IST -
JAKARTA - Dalam sebuah pengumuman terkini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa transisi kepemimpinan dari Presiden Joko Widodo ke Presiden terpilih Prabowo Subianto akan memperkuat perekonomian Indonesia.
"Kestabilan politik akan menjadi fondasi kuat untuk melanjutkan agenda transformasi ekonomi negara. Di tengah kondisi ekonomi global yang penuh tantangan, Indonesia tetap menunjukkan kemajuan dan ketahanan ekonomi yang signifikan," kata Airlangga.
"Menurut beliau, sepanjang tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka 5,05 persen, dengan ekonomi yang tetap solid selama masa pemilihan umum, inflasi yang terkontrol, dan nilai tukar rupiah yang stabil," tambahnya.
Lebih lanjut, Airlangga membahas kebijakan penting pemerintah, khususnya dalam hal hilirisasi nikel yang ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi, menciptakan lapangan kerja, serta memperkuat posisi Indonesia dalam jaringan pasokan global.
BACA JUGA:World Bank Nilai Kondisi Ekonomi Indonesia Masih Cukup Bagus
"Kebijakan hilirisasi nikel telah secara signifikan memperbaiki neraca perdagangan dan transaksi berjalan kami, dengan catatan surplus yang konsisten sejak tahun 2021. Ini juga telah berdampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja di dalam negeri," jelas Airlangga.
Dalam konteks perubahan iklim, Airlangga menyebutkan bahwa investasi dalam kendaraan listrik dan energi terbarukan menjadi semakin kritikal.
"Pemerintah sedang mempercepat pengembangan teknologi ini untuk menurunkan polusi dan mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil," tambahnya.
Indonesia, dengan kekayaan alam berupa cadangan nikel terbesar di dunia, berada di posisi strategis untuk menjadi pusat produksi kendaraan listrik di Asia, setelah China.
BACA JUGA:Gubernur Ajak Pemangku Kepentingan Wujudkan Lampung Smart 2025
Airlangga juga menyoroti komitmen Indonesia terhadap transisi energi, terutama dalam mencapai target National Determined Contribution (NDC).
"Kami berkomitmen untuk meningkatkan target penurunan emisi dari 29% menjadi 31,89% secara mandiri, dan dengan bantuan internasional, dari 41% menjadi 43,20%," ungkapnya.
Secara keseluruhan, inisiatif ini membuka peluang investasi yang sangat besar, diperkirakan mencapai USD 3,5 triliun, bagi perekonomian Indonesia. (jpc/abd)