RAHMAT MIRZANI

Rayakan Nyepi, Kedepankan Moderasi Umat Beragama di Lampung

-ilustrasi edwin/radar lampung-

BANDARLAMPUNG - Nyepi merupakan hari raya bagi umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Salah satu tempat di Indonesia yang paling identik dengan perayaan Nyepi adalah Bali.

Hari Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu, umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.

Tujuan perayaan Nyepi adalah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikan bhuana alit (alam manusia) dan bhuana agung (alam semesta). 

Ketua Ikatan Cendekiawan Hindu Regional Lampung Dr. I Wayan Mustika, M.Hum. mengatakan dirinya memberi tema Nyepi tahun ini: Hari Raya Nyepi dalam Konteks Moderasi Beragama di Provinsi Lampung.

Pria yang juga menjabat Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Lampung ini mengajak Masyarakat Hindu pada perayaan Nyepi tahun ini untuk lebih mengedepankan toleransi kepada sesama umat beragama.

Dengan konteks moderasi beragama ini, menurut Wayan, cara pandang dan perilaku dalam hal keyakinan, moral, dan watak mengedepankan keselamatan di tengah keberagaman dan kebhinekaan.

“Jadi salah satunya kita harus mampu untuk bersosialisasi dengan baik pada proses kehidupan sehari-hari baik dari budaya serta agama di Lampung,” ujar Wayan Mustika.

Umat Hindu, lanjut Wayan Mustika, memiliki tradisi atau hari raya yang telah diberikan ruang dan toleransi dalam pelaksanaannya. Ia mencontohkan, pada hari raya Nyepi ada kegiatan Melasti dimana umat Hindu akan bersembahyang di laut ataupun sungai.

Pada pelaksanaannya, ada kolaborasi dengan umat non Hindu maupun stakeholder terkait untuk kelancaran kegiatan tersebut. “Jadi ada pengamanan fasilitas-fasilitas umum seperti jalan raya, pengaturan kendaraan, penyeberangan, dan lainnya,” terangnya.

“Itu bermanfaat bagi saudara-saudara kita non Hindu bisa dimanfaatkan untuk berjualan, silaturahmi, dan lainnya,” imbuhnya.

Dengan moderasi beragama, umat beragama tidak boleh mencederai nilai universal yang ada di agama masing-masing termasuk umat Hindu. “Kita tidak boleh mencederai dengan alasan apapun. Kita harus toleransi, saling menghormati, dan lainnya,” terangnya.

 

“Dengan moderasi ini kita mengajak umat beragama di Lampung untuk berjalan seimbang. Jangan kelewatan atau berlebihan. Seimbang dalam kata kehidupan, ekonomi, pergaulan, dan lainnya,” sambungnya.

Lebih lanjut dosen Unila tersebut menyampaikan, jika di FKUB pihaknya terus memupuk dan menjaga persaudaraan antarumat beragama. “Seperti ajaran seluruh agama, kita harus kedepankan keharmonisan, maupun kebahagiaan dalam konsep keadilan, kesejahteraan, kedamaian, dan lainnya,” ungkapnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan