Harga Beras Sulit Turun, Kepala Bapanas Ungkap Penyebabnya

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi.-FOTO JAWAPOS.COM -

JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan sejumlah faktor yang membuat sulitnya harga beras untuk diturunkan. 

Pertama, variabel cost produksi yang sudah meroket. Mulai harga pupuk hingga upah harian orang bekerja di sektor pertanian yang juga ikut melambung. Selain itu, harga beras di dunia juga yang sedang mengalami tren kenaikan.

’’Terkait harga beras nantinya, variabel cost sudah mengalami kenaikan, mulai pupuk, harian orang kerja, BBM, dan unsur produksi lainnya. Ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Lihat saja harga beras di luar negeri sudah menyentuh USD650-670 per metrik ton," kata Arief dalam keterangannya, dikutip Minggu (25/2).

BACA JUGA:Kesal Rongsokannya Dijual Tanpa Izin, Teman Seprofesi Ditikam hingga Tewas

Dengan sejumlah faktor di atas, Arief menyebut menjadi agak sulit bahwa harga beras akan turun seperti 2-3 tahun yang lalu. 

"Jadi agak sulit untuk mengatakan harga beras nanti akan turun seperti 2-3 tahun lalu. Tapi yang terpenting adalah ketersediaan stok secured terlebih dahulu," imbuhnya.

Di sisi lain, proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Maret mendatang produksi beras dapat mencapai 3,51 juta ton dengan luas panen 1,15 juta hektar.

BACA JUGA:Ramaikan Taman UMKM Bung Karno

"Sekarang fokus kita dalam menghadapi panen nanti adalah bagaimana tetap menjaga harga di tingkat petani agar tidak jatuh. Harga beras hari ini tentu karena NTPP (Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan) saat ini sangat baik, di angka 116,16," ujarnya.

“Saat panen mulai naik, harga di petani kita akan jaga agar tidak sampai jatuh terlalu dalam. Ini merupakan tugas NFA dalam menjaga keseimbangan dari hulu sampai hilir, di mana petani senang dan semangat menanam, lalu penggiling dapat pasokan GKP (Gabah Kering Panen) serta masyarakat juga bisa membeli beras dengan harga baik," sambung Arief Prasetyo Adi.

Meski begitu, Arief mengklaim realisasi program intervensi lainnya yang konsisten dilaksanakan oleh pemerintah antara lain penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Beras (SPHP) ke tingkat konsumen yang sampai 17 Februari telah mencapai 264 ribu ton dalam 2 bulan ini.

BACA JUGA:PLN UID Lampung Imbau Warga Tingkatkan Kewaspadaan Hadapi Bencana Banjir

Sementara, pencapaian program Gerakan Pangan Murah (GPM) di berbagai daerah selama Januari telah terlaksana sebanyak 429 kali di seluruh provinsi dan kabupaten/kota. "Di Februari ini, GPM ditargetkan sebanyak 315 kali dan akan terus diperbanyak sesuai kolaborasi bersama pemerintah daerah," tandasnya.

Mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) harga beras premium di DKI Jakarta terus meningkat. Per 23 Februari, rata-rata harga beras premium di Jakarta makin mahal tembus Rp 16.770/kg.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan