Teknik Permesinan, Kompetensi Standar DUDI

FASILITAS LENGKAP: Kepala Program Keahlian Teknik Mesin SMKN 2 Bandarlampung Agus Suparjo, S.T., M.M. menunjukkan sarana-prasarana prktik siswa Teknik Permesinan.--FOTO SYAIFUL MAHRUM

BANDARLAMPUNG -  Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Bandarlampung menjadi salah satu Pusat Keunggulan (PK) Bidang Teknologi Manufaktur dan Rekayasa. Keahlian Bidang Teknik Permesinan menjadi PK SMKN 2 Bandarlampung.

Kepala Program Keahlian Teknik Mesin SMKN 2 Bandarlampung Agus Suparjo, S.T., M.M. menyatakan ada 12 kompetensi keahlian di SMKN 2 Bandarlampung. "Yakni Teknik Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan; Teknik Geomatika; Teknik Bisnis Konstruksi dan Properti; Teknik Pendingin dan Tata Udara; Teknik Instalasi Tenaga Listrik; Teknik Permesinan; Teknik Pengelasan; Teknik Audio-Video; Teknik Rekayasa Perangkat Lunak; Teknik Komputer dan Jaringan; Teknik Kendaraan Ringan Otomotif; serta Teknik dan Bisnis Sepeda Motor," paparnya.

Teknik Permesinan, kata Agus, menjadi PK di SMKN 2 Bandarlampung. ’’Ini didukung sarana-prasarana praktik dan sebelas tenaga pengajar. Tapi hanya saya sebagai pengajar yang berstatus PNS," ujarnya.

Dalam mendukung PK, kata Agus, ada Teaching Factory (TeFa). "Kita TeFa ke PT Guhring Indonesia di Cikarang yang perusahaan Jerman. Juga ke perusahaan-perusahaan lain," ungkapnya.

Sarana-prasarana praktik, kata Agus, ada Universal Milling Machine, Laser Cutting Machine, Vertical Machining Center, CNC Turning Machine, dll. "Kalau Laser Cutting di SMK Lampung ada dua. Satunya di SMK Muhammadiyah Lampung Tengah," katanya.

Kompetensi keahlian Teknik Permesinan, kata Agus, ada enam rombongan belajar (rombel). "Satu angkatan dua rombel. Satu rombel 36 siswa," ujarnya.

Keunggulan Teknik Permesinan, kata Agus, kompetensi sesuai dengan standar dunia usaha dan dunia industri (DUDI). "Sesuai DUDI," ungkapnya.

Serapan industri alumni Teknik Permesinan, kata Agus, sebanyak 30 persen. "Kemudian melanjutkan pendidikan 20 persen, wirausaha 2 persen, dan sisanya tidak terdata. Bagi yang tak terdata ini mungkin sudah bekerja tapi tidak mengisi data," ungkapnya.

          Ditanya apakah sudah ada karya siswa yang dipatenkan, Agus menyatakan, belum. ”Belum ada. Kita pernah buat mesin pecacah daun. Ada sih keinginan untuk itu. Apalagi untuk produksi karya siswa terkendala biaya,’’ katanya. (*)

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan